Lampung Timur Menuju Pusat Studi dan Investasi Kakao Dunia

Redaksi
7 Min Read

Lampung Timur [MP]- Sebanyak perwakilan dari 18 negara melakukan kunjungan ke Desa Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur , Sabtu (14/6/2025) untuk mempelajari sistem budidaya tanaman kakao yang diterapkan para petani lokal.

Kunjungan ini menjadi bagian dari agenda internasional dalam upaya memperkuat sektor pertanian berkelanjutan, khususnya di bidang kakao. Para peserta tampak antusias melihat langsung praktik pertanian yang dilakukan masyarakat setempat.

Imam Suharto, perwakilan dari PT Olam Indonesia, menyatakan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk memperkenalkan sistem budidaya kakao yang telah diterapkan petani Indonesia, salah satunya metode agroforestri. Menurutnya, cara bertani dengan sistem ini menjadi daya tarik tersendiri karena mampu memberikan hasil dari berbagai jenis tanaman dalam satu lahan.

“Sistem agroforestri tidak hanya menghasilkan buah dari tanaman utama seperti kakao, tetapi juga dari tanaman pelindung seperti kelapa, cengkeh, pala, dan lainnya. Ini seperti sistem tumpang sari yang memberi nilai tambah bagi petani,” ujar Imam saat ditemui di sela-sela kunjungan.

PT Olam Indonesia berharap, kunjungan dari 18 negara ini dapat membuka peluang pasar baru bagi komoditas kakao Indonesia, khususnya dari Lampung Timur. Imam menyebutkan bahwa perusahaan terus mendorong penguatan pasar agar kualitas kakao lokal semakin diakui di pasar global. “Kami ingin ada peningkatan akses pasar setelah kunjungan ini,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Imam mengungkapkan bahwa saat ini lebih dari 3.000 petani kakao di Lampung Timur telah mengantongi sertifikasi Rain Forest Alliance (RA)dan terverifikasi biji kakao treaceable oleh AtSource, kedua lembaga ini punya reputasi International.

Sebagai bukti standar keberlanjutan dan kualitas yang telah terpenuhi. Ia menegaskan komitmen perusahaan dalam mendampingi petani sebagai bagian dari dukungan terhadap program Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, yang berfokus pada peningkatan ekonomi petani.

Kualitas kakao asal Lampung Timur sendiri sudah menembus pasar internasional. Hal ini menjadi kebanggaan sekaligus motivasi bagi para petani untuk terus meningkatkan kualitas dan produktivitas. PT Olam Indonesia berkomitmen memperluas pendampingan dan pelatihan guna memastikan keberlanjutan pertanian kakao di daerah tersebut.

Dari 18 negara yang ikut belajar bertani kakao tersebut masing dari 18 negara yang akan jadi peserta, masing-masing negara diberi kuota 2 orang peserta Negara Argentina, Bolivia, Brasil, Ekuador, Ghana, Guatemala, Honduras, Kolombia, Malaysia, Meksiko, Nigeria, Pantai Gading, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Republik Dominika, St. Lucia dan Thailand.

Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, menegaskan bahwa kakao merupakan tanaman unggulan daerah tersebut setelah padi dan jagung. Dengan luas kebun kakao mencapai 9.547 hektare dan 8.320 hektare di antaranya sudah dalam tahap produktif, Lampung Timur dinilai layak menjadi destinasi studi dan investasi agrikultur oleh negara-negara asing.

“Kami menyambut baik kehadiran tamu negara asing dan perusahaan seperti PT Olam Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa kakao Lampung Timur punya daya tarik besar,” ujar Bupati Ela. Ia berharap, kehadiran perusahaan tersebut dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi, memperluas pasar, serta membawa inovasi dalam pengelolaan tanaman kakao.

Bupati Ela menilai bahwa program agroforestri yang diperkenalkan—dengan sistem tumpang sari di satu lahan—merupakan langkah luar biasa untuk efisiensi pertanian. Ia mencontohkan kondisi di kebun milik salah satu petani, Subur, yang telah menunjukkan hasil menggembirakan. Pohon kakao berusia tiga tahun di kebun tersebut tampak lebat berbuah, meskipun tinggi pohonnya tidak lebih dari dua meter.

“Ini membuktikan bahwa petani kakao di Lampung Timur sudah cukup mampu bertani kakao dengan baik. Meski masih banyak yang menggunakan cara konvensional, ke depan mereka harus terbuka terhadap inovasi agar hasil panen lebih maksimal,” tambahnya.

Pemerintah daerah pun berkomitmen untuk terus mendorong pelatihan dan pendampingan kepada para petani. Dengan kolaborasi bersama pihak swasta seperti PT Olam Indonesia, Ela optimistis masa depan pertanian kakao di Lampung Timur akan lebih cerah. Sinergi tersebut dinilai penting agar para petani dapat naik kelas dan sejahtera secara berkelanjutan.

Lebih lanjut, Bupati Ela juga mengajak investor dan negara-negara mitra untuk menanamkan modal secara berkelanjutan dan ramah lingkungan di sektor pertanian kakao. “Kami membuka ruang seluas-luasnya untuk kerja sama yang saling menguntungkan. Yang terpenting, tetap menjaga prinsip keberlanjutan dan kesejahteraan petani lokal,” tutupnya.

Petani kakao di Lampung Timur yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kakao Lampung Timur kembali menemukan harapan baru setelah sempat mengalami masa suram. Menurut Japung, salah satu petani yang aktif dalam asosiasi tersebut, masa kejayaan kakao berada pada era sebelum tahun 2000. “Dulu kakao sangat diminati, tapi setelah tahun 2000 banyak tanaman rusak, membuat kami kesulitan,” ujarnya.

Kondisi tersebut perlahan berubah sejak tahun 2015, saat sejumlah LSM (lembaga swadaya masyarakat) mulai masuk dan memberikan edukasi kepada para petani. Melalui program sekolah lapang, para petani dibekali pengetahuan dasar hingga lanjutan seputar budidaya kakao. “Kami diajari cara menyambung bibit kakao, mengenali penyakit tanaman, sampai memilih varietas unggul,” tambah Japung.

Salah satu varietas yang kini jadi andalan petani Lampung Timur adalah MCC 01. Varietas ini dikenal tangguh terhadap perubahan cuaca dan memiliki produktivitas tinggi. Japung mengatakan, para petani kini lebih selektif dalam memilih bibit, tidak seperti sebelumnya yang hanya mengandalkan benih warisan lama. “Kami sudah paham, mana bibit unggul dan mana yang kurang baik,” katanya.

Tak hanya dari sisi varietas, para petani juga mulai mengembangkan pertanian kakao secara organik. Mereka memanfaatkan limbah ternak seperti kotoran sapi dan kambing sebagai pupuk alami. “Kami ingin hasilnya sehat dan ramah lingkungan, sekaligus menekan biaya produksi,” ucap Japung. Pendekatan ini juga dinilai meningkatkan kualitas biji kakao.

Saat ini, produktivitas kakao di wilayah tersebut mencapai rata-rata satu ton per hektare. Japung mengungkapkan bahwa dengan kadar air biji kakao sekitar 4–5 persen, harga jual bisa menembus angka Rp91 ribu per kilogram. “Harga itu cukup menggembirakan bagi kami. Artinya, kerja keras kami selama ini mulai terbayar,” ujarnya.

Ke depan, para petani berharap dukungan dari pemerintah terus mengalir, terutama dalam bentuk pelatihan lanjutan dan akses pasar yang lebih luas. “Kami ingin kakao Lampung Timur kembali berjaya seperti dulu, tapi dengan cara yang lebih cerdas dan berkelanjutan,” tutup Japung optimistis.

Penulis: Agus

Editor: Redaksi

Share This Article

Berita Terbaru

Santri Bisa Jadi Pemimpin: Pesan Haru Bupati Ela di Hadapan Ratusan Santri Al-Falah Iyah

Lampung Timur – Bupati Lampung Timur, Hj. Ela Siti Nuryamah, bersama Ketua…

LBH Dharma Loka Nusantara Desak Pemprov Lampung Tindak Tegas Lonjakan Kasus Kekerasan Seksual

Lampung, - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Dharma Loka Nusantara menyuarakan keprihatinan mendalam…

Lampung Timur Menuju Pusat Studi dan Investasi Kakao Dunia

Lampung Timur - Sebanyak perwakilan dari 18 negara melakukan kunjungan ke Desa…

Polisi Panggil Tiga Warga Terkait Dugaan Pemalsuan Tanda Tangan Tanah Wakaf Masjid di Lampung Timur

LAMPUNG TIMUR – Tiga warga Desa Sukorahayu, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur,…

Karso Tewas Dianiaya di Lampung Timur, Pelaku Serahkan Diri ke Polisi

Lampung Timur – Duka mendalam menyelimuti keluarga besar almarhum Karso bin Mat…

Remaja di Lampung Timur Serahkan Diri Usai Aniaya Pemuda hingga Tewas

LAMPUNG TIMUR – Tim Tekab 308 Presisi Polres Lampung Timur bersama Tim…

Berita Populer