Matapena-Berawal dari keingintahuan cara membudidayakan jamur tiram, Siti Mupriyanti (35) warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Bandar Sribawono, Kabupaten Lampung Timur itu, kini malah jadi sumber utama pendapatan keluarga.
Janda dua anak yang di tinggal suami menghadap sang khalik beberapa tahun lalu ini, cukup nyaman dengan pekerjaan nya sebagai pembudidaya jamur tiram di halaman rumahnya. Ia pun secara mandiri mampu menghidupi kedua anaknya.
Hingga kini, budidaya jamur tiram milik Yanti yang sudah memilik satu orang pekerja itu belum pernah tersentuh bantuan atau program pemerintah. Baik dari segi permodalan maupun pembinaan.
Budidaya jamur tiram yang sudah dikelola hampir 12 tahun itu, kata Yanti berawal dari rasa penasaran sekaligus ingin mempunyai kesibukan karana sebelum suaminya meninggal saat itu masih bekerja di Malaysia.
“Alkhamdulillah saat itu suami mendukung dan saat pulang dari Malaysia saya diajak belajar budidaya jamur. Awal nya kami hanya modal Rp, 500 ribu dengan beberapa baglog (media tanam),” ujar Mupriyanti, Kamis (14/10/2022)
Seiring waktu, budidaya jamur tiram yang di tekuni Yanti pun mulai berkembang. Sedikit demi sedikit keuntungan bisnis jamur tiram mulai di rasakan dan cukup untuk menghidupi dan biaya sekolah kedua anaknya.
“Penjualan jamurnya masih sekitar desa sini mas. Tapi tak jarang juga kadang di beli penjual sayuran keliling. Mereka mengambil jamur dari kami terus di bawa ke pasar Sadar dan pasar Sribawono,” ucapnya.
Budidaya jamur tiram, menurut nya tidak mudah. Selain sayuran jenis ini tidak bisa tahan lama, proses penumbuhan jamur juga sering gagal. Kegagalan sendiri, kata Yanti disebabkan oleh adanya penyakit.
“Sering mas, umumnya gagal panen karna adanya penyakit gurem. Dulu saat suami masih ada gak ada penyakit, tapi setelah suami meninggal penyakit gurem itu selalu ada, dan datang meski sudah di beri obat,” ungkapnya
“Meski demikian, kami masih tetap bersyukur. Dari hasil budidaya jamur tiram ini, kami masih memiliki penghasilan rata-rata Rp 100 sampai 200 ribu tiap panen. Bahkan jika harga sedang bagus bisa mencapai 500 ribu rupiah,” sambungnya.
Jamur hasil panen Yanti dijual Rp 10 ribu per Kg kepada para pedagang. Sedangkan untuk pembeli eceran dihargai Rp 12 ribu. Setiap kali panen, usaha Yanti bisa mencapai 10 hingga 15 kg jamur. Sehingga dalam satu bulannya ia bisa mendapat keuntungan Rp 2 juta.
Selain menjual jamur tiram, Mupriyanti juga menjual Baglog atau media tanam jamur dengan harga per baglog Rp 2500. Sedangka bibit jamur yang ia dapat dari Jawa itu ia jual Rp 13.000 ribu
Ia mengaku usahanya itu di lakukan di lahan kosong sekitar rumah. Namun saat ini dirinya terkendala tempat untuk menyimpan baglog. Sedangkan bangunan yang ada, meski reot sudah penuh baglog.
“Saya berharap ada bantuan dari pemerintah agar usaha kami ini bisa lebih berkembang lagi. Ya setidak nya ada pembinaan untuk pembudidaya jamur tiram ini,” harap Murpiyanti